Senin, 12 Desember 2011

PROSES SAKARIFIKASI PEMBUATAN HFCS


TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI ENZIM

PERANAN ENZIM GLUKOAMILASE DAN PULLULANASE PADA PROSES SAKARIFIKASI PEMBUATAN HFCS

Disusun oleh:
Annisa Ardilasari                              08/268858/TP/09183
Jesika Riyanselina                             08/268860/TP/09184
Rosemerry Fatmawati                      08/268895/TP/09196
Anastasia Nita Primasari                  08/269004/TP/09217
Paula Kiki Oktaviana                       08/269028/TP/09224


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011


            PERANAN ENZIM GLUKOAMILASE DAN PULLULANASE PADA PROSES SAKARIFIKASI PEMBUATAN HFCS


HFCS (High Fructose Corn Syrup) adalah pemanis yang biasa digunakan untuk makanan dan minuman yang ditemukan oleh peneliti dari Jepang. HFCS adalah sirup jagung yang telah mengalami proses enzimatis bertujuan untuk meningkatkan kandungan fruktosa.  Produk HFCS antara lain HFCS 90 (90% fruktosa dan 10% glukosa) dan HFCS 55 serta HFCS 45. Tingkat kemanisan HFCS 55 ekuivalen dengan sukrosa biasanya digunakan untuk pembuatan softdrink. Sedangkan HFCS 45 memiliki tingkat kemanisan yang lebih rendah dan digunakan untuk perisa buah, minuman non karbonasi, dan produk dengan karakteristik khusus sepeti produk-produk yang mengalami fermentasi dan memiliki titk beku rendah.
HFCS yang diolah dari jagung manis dengan kualitas tinggi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sukrosa, yaitu:
·         lebih murah dan sumber jagung yang melimpah,
·         lebih mudah dicampur karena berbentuk cairan,
·         lebih unggul karena memiliki masa simpan lebih lama.
Dengan diperkenalkannya enzim mikroba di industri makanan yaitu glukoamilase, diperoleh beragam manfaat produk, seperti menghasilkan produksi lebih banyak, tingkat kemurnian tinggi dan kristalisasi mudah.  Hal ini menyebabkan banyak prabik produksi glukosa berubah dari hidrolisis asam menjadi hidrolisis enzimatik. Sebagai contoh, dibandingkan dengan proses asam, proses enzimatik pencairan memotong biaya uap sebesar 30%, abu sebesar 50% dan by-produk sebesar 90%.
Dari 1973 dan seterusnya, dengan perkembangan glukosa isomerase amobil, produksi industri sirup tinggi fruktosa menjadi layak. Jenis sirup khusus yang tidak bisa diproduksi menggunakan hidrolisis kimia konvensional dapat dibuat seluruhnya dengan proses enzimatik.
Enzim adalah katalis ideal untuk industri pati. Prosesnya menggunakan peralatan sederhana, dan pengaturan suhu dan nilai pH dilakukan untuk menghasilkan reaksi yang dapat mempengaruhi pembentukan rasa dan warna. Selanjutnya, reaksi enzim yang mudah dikontrol dan dapat dihentikan bila tingkat konversi pati yang diinginkan tercapai.
Tergantung pada enzim yang digunakan dan dengan mengendalikan reaksi enzim, berbagai produk dapat diproduksi untuk memenuhi hampir semua kebutuhan industri makanan. Sirup dan pati yang dimodifikasi dengan komposisi yang berbeda dan dapat diperoleh sifat fisik yang diinginkan. Sirup digunakan untuk berbagai bahan makanan misalnya minuman ringan, gula, produk daging, produk panggang, es krim, saus, makanan bayi, dan buah kaleng.
Sirup glukosa dalam praktek komersial yang disebut glukosa, yang diperoleh dengan menghidrolisis tepung terutama dari gandum, jagung (jagung) dan kentang. Metode dan tingkat hidrolisis (konversi) mempengaruhi komposisi karbohidrat akhir, oleh karena itu mmemiliki banyak sifat fungsional. Derajat hidrolisis biasanya didefinisikan sebagai ekuivalen dekstrosa (DE), yaitu kekuatan mengurangi sebagai persentase dari dekstrosa murni, dihitung berdasarkan berat kering.
            Awalnya, konversi asam digunakan untuk menghasilkan sirup glukosa. Namun karena kekhususannya, saat ini lebih banyak digunakan enzim untuk hidrolisis. Dengan cara ini, sirup glukosa tailor-made dengan spektrum gula tertentu dapat diproduksi.
Enzim yang digunakan dalam pembuatan HFCS antara lain:
·         Alfa-amylase
·         Glukoamilase
·         Beta-amilase
·         Isoamilase dan pullulanase
Paper ini akan menjelaskan peranan enzim glukoamilase dan pullulanase dalam proses sakarifikasi pembuatan HFCS.
Pembuatan HFCS dapat dilakukan dengan tersedianya substrat pati jagung dan enzim isomerase yang mampu mengubah glukosa menjadi fruktosa. Secara garis besar dalam pembuatan HFCS terdiri dari tiga tahap, yaitu:
  • Pertama, proses perubahan pati menjadi oligosakarida (likuifikasi)
  • Kedua, perubahan oligosakarida menjadi glukosa (sakarifikasi)
  • Ketiga, proses perubahan glukosa menjadi fruktosa (isomerasi).

Berikut skema produksi HFCS:

















1.      Likuifikasi
Proses ini bertujuan untuk mengubah suspensi pekat granula pati menjadi larutan dekstrin yang larut pada viskositas rendah untuk memudahkan penanganan dalam alat-alat pemindah serta memudahkan pengubahan menjadi glukosa dengan enzim glukoamilase.
Slurry pati jagung (30-40%) dimasukkan ke dalam pompa, digelatinisasi dan diatur pHnya hingga 5,3-6,5 dan suhunya 105-1100C ditambahkan termamyl (bakteri thermophilic α-amylosa) 0,3-0,6 kg termamyl/ton pati serta cofactor Ca2+ (CaCl2) yang berfunsi untuk meningkatkan toleransi enzim amilase terhadap panas. Pada tahap tersebut seluruh pati telah diubah sehingga nilai dekstro-eqivalen (DE) sekitar 15-20, dan viskositasnya menurun (semakin cair).
            Produk dari proses liquifikasi adalah campuran dari beberapa oligosakarida yang mengandung sedikit mono,di-, dan trisakarida yang biasa digunakan dalam sweetening process.

2.      Saccharifikasi
Proses ini bertujuan untuk mengubah oligosakarida yang telah dihasilkan menjadi D-glukosa dengan menggunakan enzim glukoamilase. Semakin banyak enzim yang digunakan, semakin cepat hidrolisa oligosakarida berlangsung. Namun, apabila enzim yang digunakan berlebihan akan menyebabkan reaksi pembalikan yang menghasilkan maltose dan maltotriosa.
Pada proses ini, slurry pati hasil likuifikasi didinginkan hingga 600C untuk mencapai suhu optimal proses sakarifikasi. Juga ditambahkan asam hidroklorat sampai pH 4,0-4,5 yang merupakan pH optimum aktivitas enzim glukoamilase. Proses sakarifikasi berlangsung selama 48-72 jam. Produk akhir berupa glukosa dengan nilai DE mencapai 95-98.
Menggunakan enzim AMG pada tangki sakarifikasi selama 40-48 jam, pada suhu 60oC, dan diperoleh cairan gula dengan DE 36-42. Cairan gula ini selanjutnya dilakukan penyaringan melalui penyaring karbon aktif, untuk menghilangkan warna (pemucatan) kemudian cairan jernih dilakukan pemisahan mineral dalam kolom penukar ion (ion exchanger) secara sed berturut-turut : kation, anion, kation masing-masing selama 1-2 jam. Dari kolom ini dihasilkan sirup dengan konsentrasi gula 25 -30 % (DE 93-95). Untuk menghasilkan sirup dengan konsentrasi gula 78-82%, sirup ini dilakukan penguapan (evaporasi) dalam triple effect evaporator . Selanjutnya sirup glukosa ditampung dalam tangki penampungan. Sirup glukosa menjadi bahan baku untuk produk gula dan turunannya

3.      Refining sirup dekstrosa
Sebelum masuk tahap isomerasi, slurry pati hasil sakarifikasi dimurnikan dengan filtrasi, melewatkannya pada karbon aktif, ion-exchange dan pengentalan kembali dengan evaporator. Semua tahapan tersebut untuk memurnikan slurry pati dan menghilangkan serat-serat jagung dan residu protein atau mineral yang tidak dibutuhkan lagi.
Proses refining dimulai dengan proses filtrasi. Filtrasi dilakukan secara vakum. Sirup yang telah disaring dipompakan kedalam kolom karbon aktif dan ion-exchange dalam bentuk seri untuk lebih memurnikan sirup. Tahap berikutnya adalah pengentalan kembali dengan menggunakan evaporator.

4.      Isomerisasi
Proses ini bertujuan untuk mengubah D-glukosa yang dihasilkan dari proses sebelumnya menjadi D-fruktosa dengan enzim glucose isomerase. Banyaknya fruktosa yang dihasilkan akan menunjukkan tingkat kemanisan HFCS yang dihasilkan.
Dalam industri yang berskala besar, proses isomerasi dilakukan pada sembilan kolom reaktor (fixed bed, densiflow) dan beberapa ‘immobilized enzym’ kolom reaktor. Enzim dalam kolom secara cepat berubah secara isomerasi. Kadar sirup glukosa harus diatur selalu tetap yaitu antara 42,5-43% agar ‘flowrate’nya konstan.

5.      Refining HFS
Tahap terakhir adalah pemekatan dalam multiple effect evaporator, sehingga diperoleh sirup fruktosa dengan kadar bahan kering 71% dan gula campuran 92-95%. Sirup HFS yang diperoleh disaring lagi, dipanaskan pada suhu dibawah kolol HFS untuk meningkatkan kekentalan sirup sehingga mencapai kadar padatan 71%, disaring lagi baru ditampung ke dalam tangki-tangki penyimpanan.




ENZIM GLUKOAMILASE
Glukoamilase adalah salah satu enzim kelas  yang berperan dalam proses sakarifikasi pati (sejenis karbohidrat). Serupa dengan enzim beta-amilase, glukoamilase dapat memecah struktur pati yang merupakan polisakarida kompleks berukuran besar menjadi molekul yang berukuran kecil. Pada umumnya, enzim ini bekerja pada suhu 45-60 °C dengan kisaran pH 4,5-5,0.
Mekanismenya adalah glukoamilase akan memotong ikatan alfa-1,4 pada molekul pati. Enzim ini juga dapat memecah ikatan alfa-1,6, tetapi pada frekuensi yang lebih rendah. Hasil utama pemecahannya adalah glukosa, suatu bentuk sederhana dari molekul karbohidrat berjumlah atom C 6.[
Enzim AMG®E adalah enzim glukoamilase (exo-amilase), yang menghidrolisis ikatan alfa-1,4 serta ikatan alfa-1,6 di pati cair (amilosa dan amilopektin). Hasil hidrolisis diproses secara bertahap. Pati tersebut dipecah menjadi glukosa, yang telah memisahkan diri dari ujung non-reducing dari molekul substrat. Maltotriose dan maltosa terhidrolisis pada tingkat yang lebih rendah dari sakarida, dan ikatan-1,6 dipecah lebih lambat dari ikatan-1,4.  Akhirnya, diperoleh konversi dari pati menjadi glukosa. Oleh karena itulah, AMG disebut sebagai 'amilase saccharifying'. AMG E diproduksi oleh strain genetik dimodifikasi Aspergillus niger dan tersedia dalam cairan dari dengan aktivitas standar. Pengukuran aktivitas yang sering digunakan untuk amyloglucosidase adalah AGU (unit amyloglucosidase), yang merupakan jumlah enzim yang menghidrolisa satu micromole maltosa per menit pada 25°C dalam kondisi standar.
Berikut adalah gambar struktur enzim glukoamilase:









ENZIM PULLULANASE
            Pululunase adalah enzim pemecah ikatan α-1,6 pada gugus makromolekul karbohidrat, seperti pati. Ikatan α-1,6 berperan dalam pembentukan struktur percabangan pada karbohidrat. Bersama dengan enzim alfa-amilase, pululunase dapat menghasilkan pemotongan molekul karbohidrat yang sempurna. Enzim ini dapat diperoleh pada ekstrak beras dan kacang-kacangan. Beberapa jenis mikroorganisme mesofilik juga dapat menyintesis enzim ini, seperti Klebsiella, Escherichia coli, Streptococcus, Bacillus, dan Streptomyces.
Pullulanase (pullulanase-6-glucanohydrolase) adalah enzim yang menghidrolisa ikatan alfa-1,6 glikosidik, yang telah dihidrolisis sebagian dengan alfa-amylase, disediakan paling sedikit dua unit glukosa di rantai sisi. Saat amilopektin diberi perlakuan dengan pullulonase, dihasilkan fragmen amilosa linier. Menggunakan panas stabil dan asam stabil dalam kombinasi dengan enzim sakarifikasi membuat reaksi konversi pati lebih efisien. Dalam penelitian Norman mendeskripsikan bahwa pullulanase Proenzym tepat digunakan untuk memotong pati setelah likuifaksi.




Berikut adalah gambar struktur 3 dimensi enzim pullulanase:








PERANAN ENZIM DALAM SAKARIFIKASI
Maltodekstrin (DE 15-25) dihasilkan dari pati cair secara komersial untuk sifat reologinya. Maltodekstrin digunakan dalam industri pangan sebagai pengisi, stabilisator, pengental, pasta dan lem. Ketika saccharified dengan hidrolisis lebih lanjut menggunakan glukoamilase atau jamur alfa-amilase berbagai pemanis dapat diproduksi, setelah DE dalam rentang 40-45 (maltosa), 50-55 (maltosa tinggi), 55-70 (sirup konversi yang tinggi). Menerapkan serangkaian enzim termasuk beta-amilase, glukoamilase dan pullulanase sebagai enzim debranching, sirup konversi tingkat menengah yang memiliki isi maltosa hampir 80% dapat diproduksi.
            Glukosa berkadar tinggi 95-97% dapat diproduksi dari bahan baku pati kebanyakan (jagung, gandum, kentang, tapioka, gandum dan beras). Efek aksi amylases dan pemecahan enzim ditunjukkan pada Gambar 9.6 dan 9.7a dan b
.





















                                                                                                                  
KESIMPULAN
            Sebagai pati termodifikasi, HFCS menunjukkan lebih dari sekedar pemanis buatan. Banyak produk makanan dan kimia yang dihasilkan dari penggunaan pati sebagai bahan mentah untuk perubahan enzim. Hal tersebut telah diperlihatkan bahwa pada langkah penting pada perubahan pati, likuifikasi, sakarifikasi, dan isomerasi mungkin membawa kepada produk-produk yang bernilai jika pemrosesan dan enzimologi dilakukan dari tahap ke tahap.

Selasa, 22 November 2011

Laporan Pelaksanaan Kegiatan KKN-PPM UGM 2011


LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Kode : KKN PPM – UGM - 16
(Individu)

KULIAH KERJA NYATA
PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN :  2011




SUB UNIT                : Gelaran 1 - Sub Unit 1
UNIT                         : Bejiharjo - Unit 3
KECAMATAN        : Karangmojo
KABUPATEN          : Gunung Kidul
PROVINSI                : D. I. Yogyakarta

 





Disusun oleh:

Nama  Mahasiswa      : Jesika Riyanselina

Nomor Mahasiswa      : 08/268860/TP/09184




BIDANG PENGELOLAAN KKN-PPM, PENGEMBANGAN POTENSI DESA WISATA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI PENGELOLA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA


I.                   LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
I.1. Pendahuluan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) secara resmi ada dalam kurikulum Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai bentuk nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi; Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Pada awal perintisan KKN sekitar tahun 1971 – 1973, UGM ditunjuk sebagai universitas pembina KKN di Indonesia. Dalam perkembangannya, KKN di UGM senantiasa mengalami pemyempurnaan secara berkala. Perubahan status UGM sebagai universitas riset menyebabkan kegiatan KKN pun dilakukan dengan berbasis pada riset, dilaksanakan atas tema – tema khusus yang dimunculkan bersama dari masyarakat dan universitas.
Kuliah Kerja Nyata Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN –PPM) Universitas Gadjah Mada dilaksanakan di Dusun Gelaran 1, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, D.I.Yogyakarta. Dalam kurun waktu 2 Juli – 23 Agustus 2011 penulis berhasil menjalankan program K1 dengan sukses. Program K1 Tema diselesaikan dalam 142 jam, sedangkan Program K1 Non-Tema diselesaikan dalam 69 jam.

A. REKAPITULASI PROGRAM

-         RENCANA PROGRAM
No.
Nama Program
No. Sektor
Bahan
Volume
Sumber Dana
(ribuan)
1.
Pembinaan kepengusahaan industri kecil makanan (pembuatan kemasan untuk Gatot)
01.1.1.01
Plastik, Kertas, Printer, alat tulis
30 orang
5 x 3 jam
Masy : 25
StkHdr : 100
Mhs : 20
Lain2 : 5

Jml : 150
2.
Pembinaan Teknis Pegolahan/Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan (Singkong dijadikan mocaf)
02.1.2.11
Singkong, Baskom, starter, tampah,
20 0rang
14 x 5 jam

Masy : 20
StkHdr : 50
Mhs : 0
Lain2 : 5

Jml : 75
3.
Pembinaan TPA
15.1.1.01
Al-Quran
30 Orang
5 x 3 jam
Masy : 50
StkHdr : 0
Mhs : 0
Lain2 : 0

Jml : 50
4.
Pembinaan Teknis Pengolahan/Penanganan Pasca Panen (oleh-oleh khas wisata)
02.2.2.05
kertas, pulpen, LCD, viewer, laptop
30 orang
2 x 5 jam 
Masy : 50
StkHdr : 0
Mhs : 0
Lain2 : 10

Jml : 60
5.
Pembinaan penggunaan obat tradisional/TOGA
13.1.7.01
Tanaman tradisional, laptop, LCD, spidol, kertas
25 orang
3 x 5 jam
Masy : 50
StkHdr : 0
Mhs : 0
Lain2 : 10

Jml : 60
6.
Penyuluhan pada industri kecil/rumah tangga (tentang sanitasi)
01.1.1.55
Laptop, LCD, kertas, pulpen,
10 orang
10 x 2 jam
Masy : 0
StkHdr : 0
Mhs : 0
Lain2 : 30

Jml : 30

No.
Nama Program
Uraian Pelaksanaan
Hasil monitoring dan evaluasi
PROGRAM POKOK TEMA
1.
Pembinaan kepengusahaan industri kecil makanan (Pembuatan kemasan untuk Bakso sebagai oleh-oleh khas Goa Pindul)
12 Juli 2011
SUKSES
2.
Pembinaan Teknis Pegolahan/Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan untuk oleh-oleh khas wisata (Singkong dijadikan mocaf dengan teknik penggaraman)
8 Agustus 2011 – 12 Agustus 2011
SUKSES
3.
Pembinaan teknis produksi industri kecil makanan (oleh-oleh khas wisata)
7 Agustus 2011
SUKSES
4.
Penyuluhan pada industri kecil/rumah tangga tempat wisata (tentang sanitasi)
22 Juli 2011
SUKSES
PROGRAM POKOK NON-TEMA
5.
Pembinaan TPA di Mushala As Sadiq Dusun Gelaran 3
1 Agustus - 14 Agustus 2011
SUKSES
6.
Pemberian pelajaran tambahan di SD Gelaran 3 Bejiharjo kelas VI
14 Juli – 5 Agustus 2011
SUKSES
7.
Pembinaan penggunaan obat tradisional/TOGA
15 Agustus 2011
SUKSES

I.2. Uraian Kegiatan
Bercermin dari filosofi KKN – PPM UGM yang telah mengalami rekonstualisasi maka kegiatan KKN Unit 3 yang dilaksanakan di Desa Bejiharjo, Dusun Gelaran 1, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, D.I.Yogyakarta ini mengangkat suatu tema yang dekat dengan desa wisata. Tema kegiatan yang diterapkan adalah berupa pengelolaan desa wisata, latar belakang pengambilan tema ini tak dapat dipisahkan dari pengembangan desa wisata. Secara khusus program KKN ini berjudul “Pengembangan Potensi Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, DIY secara Berkelanjutan sebagai Desa Wisata Alam dan Budaya dengan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Pengelola”. Realita yang menunjukkan bahwa desa wisata bisa memajukan masyarakat sekitar dengan mendasari program KKN ini untuk menanamkan suatu paradigma yang lugas terhadap kesadaran akan pengembangan desa wisata. Program yang dilaksanakan pada KKN ini nantinya diharapkan mampu memberikan suatu pemahaman, praktek, dan pengembangan akan desa wisata.

I.3. Rekapitulasi Kegiatan
            Pelaksanaan KKN – PPM Unit 3 Subunit 1 – Gelaran 1 yang dilaksanakan mulai dari tanggal 2 Juli – 23 Agustus 2011 oleh penulis  telah berhasil melaksanakan 7 program;
1.      Pembinaan kepengusahaan industri kecil makanan (Pembuatan kemasan untuk Bakso sebagai oleh-oleh khas Goa Pindul) --- {Tema}
2.      Pembinaan Teknis Pegolahan/Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan untuk oleh-oleh khas wisata (Singkong dijadikan mocaf dengan teknik penggaraman) --- {Tema}
3.      Pembinaan TPA di Mushala As Sadiq Dusun Gelaran 3 --- {Non-Tema}
4.      Pemberian pelajaran tambahan di SD Gelaran 3 Bejiharjo kelas VI --- {Non-Tema}
5.      Pembinaan teknis produksi industri kecil makanan (oleh-oleh khas wisata) --- {Tema}
6.      Pembinaan penggunaan obat tradisional/TOGA --- {Non-Tema}
7.      Penyuluhan pada industri kecil/rumah tangga tempat wisata (tentang sanitasi) --- {Tema}

I.4. Pembahasan Kegiatan
            Berikut akan dijelaskan rincian pelaksanaan program penulis yang telah dilaksanakan di Unit 3 Desa Bejiharjo, Dusun Gelaran 1, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, D.I.Yogyakarta:


1)      Pembinaan kepengusahaan industri kecil makanan (dengan membuat kemasan untuk Bakso sebagai oleh-oleh khas Goa Pindul) --- {Tema}
§  Bidang                  : A
§  No. Sektor             : 01.1.1.01
§  Status program       : Berhasil Dilaksanakan
§  Sifat Program         : Interdisipliner

o   Pelaksanaan Program
Program Pembuatan Kemasan Bakso Pindul di Desa Bejiharjo dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2011 dimulai dengan survey kemasan bakso di supermarket, design kemasan, survey plastik kemasan, pembinaan kepengusahaan, wawancara pengusaha bakso dan cetak kemasan. Program ini dilaksanakan dalam bentuk Pembinaan kepengusahaan industri kecil makanan yang diikuti oleh warga yang mempunyai usaha bakso di sekitar goa pindul serta kerja sama dengan mahasiswa KKN dari jurusan Ekonomi.

o   Faktor pendukung
Program terlaksana dengan dukungan yang baik dilihat dari antusiasme warga dalam pembinaan kepengusahaan ini, warga jadi sering bertanya tentang bagaimana membuat kemasan dan pemasaran yang baik. Dari pelaksanaan program ini warga jadi berminat untuk menggunakan kemasan produknya untuk di bikin label dan dijadikan sebagai sarana promosinya.
Selain itu Hal-hal yang mendukung dari kegiatan ini adalah adanya kemasan plastik yang cocok digunakan untuk mengemas bakso, yaitu plastic yang mempunyai ketebalan yang tahan terhadap tusukan sehigga bakso tahan ketika akan dibawa-bawa pulang jauh.

o   Faktor Penghambat
Tidak ada hambatan yang cukup berarti dalam proses persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi program ini. Hampir seluruh pihak yang terkait mendukung terlaksananya seluruh rangkaian program ini.
Namun pada pembuatan kemasan ini terjadi kesulitan yaitu tidak adanya alat hand sealer untuk menutup kemasan tersebut sehingga udara luar masih bisa masuk ke dalam kemasan yang akan membuat bakso menjadi tidak tahan. Mungkin seiring berkembangnya usaha bakso dari warga sekitar, mereka mampu membeli alat tersebut.

2)      Pembinaan Teknis Pegolahan/Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan untuk oleh-oleh khas wisata (Singkong dijadikan mocaf dengan teknik penggaraman) --- {Tema}
§  Bidang                  : A
§  No. Sektor             : 02.1.2.11
§  Status program       : Berhasil Dilaksanakan
§  Sifat Program         : Monodisipliner

o   Pelaksanaan Program
                Program ini terlaksana pada tanggal 8 Agustus 2011 – 12 Agustus 2011 dihadiri oleh Pak Suharto (Kepala Dusun Gelaran), 22 orang warga desa dari perwakilan dusun Gelaran 1, Gelaran 2 dan Gelaran 3, dan 3 orang penyuluh dari BP2KP, serta 8 Mahasiswa KKN yang membantu program ini. Program dilaksanakan dengan mengadakan pembinaan teknis bagi warga desa tentang pengolahan singkong yang dijadikan sebagai tepung mocaf.
 Pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari pengupasan kulit singkong, pengecilan ukuran singkong, perendaman dengan garam, dan yang memakan waktu yang cukup lama adalah fermentasi criping singkong tersebut selama 2 hari, serta pengeringan singkong hasil fermentasi garam selama kurang lebih 2 hari. Pembuatan mocaf ini pun dinilai berhasil karena tepung yang diperoleh memiliki kualitas yang hampir mirip dengan terigu yang terbuat dari gandum, yaitu tepung berwarna putih bersih. Namun bau singkong masih tercium. Akan tetapi bau tersebut bisa diatasi dengan penambahan pewangi makanan ketika tepung mocaf digunakan untuk membuat kue.

o   Faktor pendukung
Untuk melengkapi proses sosialisasi, dilakukan penyusunan booklet yang berisi tentang cara pembuatan mocaf dan dibagikan pada warga. Pelaksanaan program bekerja sama dengan penyuluh mocaf dari BP2KP agar para warga lebih memahami tentang pembuatan mocaf dan pasar lokalnya sangat prospektif karena begitu banyak industri makanan yang menggunakan bahan baku tepung misalnya brownies yang dibuat dari tepung mocaf.

o   Faktor Penghambat
Tidak ada hambatan.

3)      Pembinaan TPA di Mushala As Sadiq Dusun Gelaran 3 --- {Non-Tema}
§  Bidang                  : SH
§  No. Sektor             : 15.1.1.02
§  Status program       : Berhasil Dilaksanakan
§  Sifat Program         : Monodisipliner

o   Pelaksanaan Program
 Program ini terlaksana dari tanggal 1 Agustus - 14 Agustus 2011 karena bertepatan dengan         bulan ramadhan. Pelaksanaan program ini diperuntukkan untuk membantu tenaga pengajar dan memberikan materi-materi tambahan yang dapat menarik sehingga anak lebih bersemangat mengikuti setiap materi pengajaran yang diberikan.
Dengan adanya bantuan tenaga pengajar ini anak-anak dapat belajar sesuai jenjang pengajaran yang di sesuaikan dengan kemampuan anak. Untuk keberlanjutan sistem ini maka diadakan juga regenerasi tenaga pengajar yang diharapkan dapat membantu pengajaran setelah KKN ditarik.
Pelaksanaan program ini berjalan dengan lancar dan berhasil menambah anak didik bahakan dari dusun luar. Selain itu program ini sangat didukung oleh masyarakat setempat  mengingat TPQ setempat merupakan  salah  satu  sarana untuk memperbaiki moral anak dalam menghadapi pergaulan yang semakin bebas disamping pengajaran formal lainnya seperti di bangku sekolah.

o   Faktor pendukung

                 Dalam mengajar TPA ini didukung dari bahan-bahan pengajaran TPA dari tenaga pengajar setempat, buku-buku bacaan agama yang menarik, serta buku iqra dan Al-Quran untuk memudahkan dalam mengajar.

o   Faktor Penghambat
Pada pelaksanaan program pembinaan TPA ini memiliki kesulitan ketika anak-anak bertanya menggunakan bahasa jawa. Langkah penyelesaiannya adalah anak-anak TPA yang bertanya diusahakan menggunakan bahasa Indonesia.

4)      Pemberian pelajaran tambahan di SD Gelaran 3 Bejiharjo kelas VI --- {Non-Tema}
§  Bidang                  : SH
§  No. Sektor             : 11.1.1.01
§  Status program       : Berhasil Dilaksanakan
§  Sifat Program         : Monodisipliner

o   Pelaksanaan Program
Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo memiliki tiga SD, yaitu SD Negeri Gelaran 1, 2, dan 3. SD Negeri Gelaran 1 dan 2 berada di satu lokasi, sementara SD Negeri Gelaran 3 terpisah. Di sekolah inilah, kami, selaku mahasiswa peserta KKN mengajar anak-anak kelas  VI SD. Pelaksanaan dimulai dari tanggal 14 Juli – 5 Agustus 2011, Mata pelajaran yang diajarkan meliputi matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.

o   Faktor pendukung
Dalam mengajar SD ini digunakan buku-buku pelajaran kelas VI serta Lembar Kompetensi Siswa (LKS) kelas VI khusus untuk persiapan Ujian Akhir Sekolah sehingga memudahkan dalam proses belajar mengajar.

o   Faktor Penghambat
Hal yang kemudian menjadi masalah selama program mengajar ini adalah ketidakmerataan kemampuan siswa di satu kelas. Ada yang sudah mahir matematika, ada juga yang belum bisa berhitung, bahkan, ada yang belum bisa membaca. Oleh karena itu, kami membagi siswa-siswa dalam satu kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Mereka diberi soal dan berdiskusi bersama untuk memecahkannya.

5)      Pembinaan teknis produksi industri kecil makanan (oleh-oleh khas wisata) --- {Tema}
§  Bidang                  : A
§  No. Sektor             : 11.1.1.01
§  Status program       : Berhasil Dilaksanakan
§  Sifat Program         : Monodisipliner

o   Pelaksanaan Program
Program ini terlaksana pada tanggal 7 Agustus 2011 dihadiri oleh ibu-ibu PKK dan warga sekitar dusun Gelaran. Pembinaan ini dilakukan untuk menambah keahlian warga dalam cara mengolah bahan pangan terutama dari singkong (Tape) untuk dijadikan sebagai olahan yang dapat dijual dengan harga yang sesuai sebagai oleh-oleh khas wisata yaitu berupa cake tape. Ibu-ibu PKK dan warga pun sangat antusias dalam mengikuti setiap tahap cara pembuatannya.
Kegiatan ini dimulai dari menyiapkan bahan dan alat, penjelasan teknis pembuatan, dan praktek pembuatan cake tape. Hasilnya pun warga sangat tertarik dengan usaha ini dan mereka berencana ingin membuat serta menjualnya sebagai oleh-olehb khas wisata Desa Bejiharjo.

o   Faktor pendukung
Dalam melaksanakan program ini didukung dengan pembagian resep pembuatan cake tape ke warga, jadi apabila warga ingin mencoba kembali di rumah, mereka bisa melihat kembali cara-cara pembuatannya ketika mereka lupa.

o   Faktor Penghambat
Tidak ada hambatan.

6)      Pembinaan penggunaan obat tradisional/TOGA --- {Non-Tema}
§  Bidang                  : KK
§  No. Sektor             : 13.1.7.01
§  Status program       : Berhasil Dilaksanakan
§  Sifat Program         : Monodisipliner

o   Pelaksanaan Program
Dalam pelaksanaannya program ini dilakukan di minggu-minggu terakhir yaitu pada tanggal 15 Agustus 2011. Program dilakukan dengan cara pengenalan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) ke warga dusun Gelaran yang memiliki lahan yang luas tetapi kurang pemanfaatanya. Cara pengenalannya yaitu mengunjungi rumah-rumah warga tersebut dan membagikan booklet Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan memberi penjelasan tentang khasiat-khasiat tanaman tersebut serta menunjukan contoh tanaman obat yang sering ditemukan di daerah Desa Wisata Bejiharjo tersebut seperti tanaman sirih. Warga pun tertarik dengan penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) ini, karena selain menambah hijau lahan sekitar pekarangan rumah tanaman tersebut juga bisa mengobati penyakit ketika warga terjangkit sakit.


o   Faktor pendukung
Pembuatana booklet Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sangat mendukung program ini, warga bisa memilih tanman obat apa yang kira-kira ditanam di pekarangan rumahnya disesuaikan dengan khasiat tanaman tersebut bisa menyembuhkan penyakit yang sering warga derita.

o   Faktor Penghambat
Ada beberapa tanaman yang diinginkan warga tidak banyak ditemukan di sekitar daerah Desa Wisata Bejiharjo ini sehingga menghambat warga tidak menanam Tanaman Obat Kelurga yang mereka inginkan.

7)      Penyuluhan pada industri kecil/rumah tangga tempat wisata (tentang sanitasi) --- {Tema}
§  Bidang                  : A
§  No. Sektor             : 01.1.1.55
§  Status program       : Berhasil Dilaksanakan
§  Sifat Program         : Monodisipliner

o   Pelaksanaan Program
Program ini terlaksana pada tanggal 22 Juli 2011 dihadiri Ibu dan Bapak RT 05, warga yang memiliki usaha di bidang pangan serta warga sekitar Dusun Gelaran. Program ini dilaksanakan dengan tujuan agar warga mengerti tentang arti kebersihan, terutama kebersihan warung makan di sekitar daerah wisata. Dalam penyuluhan ini dijelaskan faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan dapur yang sehat.  Warga yang memiliki usaha tempat makan sekitar tempat wisata pun antusias dalam mengikuti penyuluhan ini, melihat banyak ibu-ibu yang bertanya dan berdiskusi tentang sanitasi dapur yang sehat ini.

o   Faktor pendukung
Penyuluhan ini dilaksanakan dengan bantuan kantor lurah yaitu meminjam beberapa peralatan penyuluhan yang dibutuhkan seperti LCD proyektor, mike dan speaker untuk melancarkan pelaksanaan penyuluhan sanitasi dapur sehat ini.

o   Faktor Penghambat
Tidak ada hambatan.

II.                KESIMPULAN
Program KKN – PPM 2011 yang diselenggarakan pada periode waktu 4 Juli – 25 Agustus 2010 di Unit 3 Desa Bejiharjo, Dusun Gelaran 1, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, D.I.Yogyakarta dengan Tema: Pengelolaan Lingkungan, Judul Pengembangan Potensi Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, DIY secara Berkelanjutan sebagai Desa Wisata Alam dan Budaya dengan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Pengelola”, secara keseluruhan berjalan baik dan lancar. Kelancaran diterimanya program KKN di masyarakat pada dasarnya merupakan implementasi dari warga yang telah paham dan mengerti tujuan KKN. Di samping itu partisipasi yang sinergis antara mahasiswa KKN dan warga desa mampu mempercepat penyampaian program.


III.             SARAN
1)      Untuk yang belum melaksanakan KKN hendaknya melihat permasalahan yang ada secara cermat agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tepat sasaran.
2)      Program yang dipilih hendaknya merupak program yang dapat menjadi sasaran jangka panjang tidak sekedar menjadi sasaran jangka pendek.
3)      Peran serta dari seluruh perangkat desa dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan KKN.
4)      Harus adanya penjelasan terhadap masyarakat desa tentang program-program apa saja yang akan dilaksanakan oleh peserta KKN.
5)      Penjadwalan kegiatan KKN perlu disesuaikan, agar tidak sampai mengganggu proses perkuliahan dan dilaksanakan pada waktu yang tepat agar semua kegiatan dapat dilakukakn secara sempurna.


IV.             LAMPIRAN
1)      K1
2)      K2
3)      K3
4)      Foto Dokumentasi Kegiatan

1.     Pembinaan kepengusahaan industri kecil makanan (Pembuatan kemasan untuk Bakso sebagai oleh-oleh khas Goa Pindul) --- {Tema}






2.      Pembinaan Teknis Pegolahan/Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan (Singkong dijadikan mocaf dengan teknik penggaraman) --- {Non-Tema}





3.      Pembinaan TPA di Mushala As Sadiq Dusun Gelaran 3 --- {Non-Tema}

4.      Mengajar SD kelas VI di SD Gelaran 3 Bejiharjo --- {Non-Tema}





5.      Pembinaan teknis produksi industri kecil makanan (oleh-oleh khas wisata) --- {Tema}





            6.      Pembinaan penggunaan obat tradisional/TOGA --- {Non-Tema}


7.   Penyuluhan pada industri kecil/rumah tangga tempat wisata (tentang sanitasi) --- {Tema}





 




















 

Beautiful Days Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos