Senin, 12 Desember 2011

PROSES SAKARIFIKASI PEMBUATAN HFCS


TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI ENZIM

PERANAN ENZIM GLUKOAMILASE DAN PULLULANASE PADA PROSES SAKARIFIKASI PEMBUATAN HFCS

Disusun oleh:
Annisa Ardilasari                              08/268858/TP/09183
Jesika Riyanselina                             08/268860/TP/09184
Rosemerry Fatmawati                      08/268895/TP/09196
Anastasia Nita Primasari                  08/269004/TP/09217
Paula Kiki Oktaviana                       08/269028/TP/09224


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011


            PERANAN ENZIM GLUKOAMILASE DAN PULLULANASE PADA PROSES SAKARIFIKASI PEMBUATAN HFCS


HFCS (High Fructose Corn Syrup) adalah pemanis yang biasa digunakan untuk makanan dan minuman yang ditemukan oleh peneliti dari Jepang. HFCS adalah sirup jagung yang telah mengalami proses enzimatis bertujuan untuk meningkatkan kandungan fruktosa.  Produk HFCS antara lain HFCS 90 (90% fruktosa dan 10% glukosa) dan HFCS 55 serta HFCS 45. Tingkat kemanisan HFCS 55 ekuivalen dengan sukrosa biasanya digunakan untuk pembuatan softdrink. Sedangkan HFCS 45 memiliki tingkat kemanisan yang lebih rendah dan digunakan untuk perisa buah, minuman non karbonasi, dan produk dengan karakteristik khusus sepeti produk-produk yang mengalami fermentasi dan memiliki titk beku rendah.
HFCS yang diolah dari jagung manis dengan kualitas tinggi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sukrosa, yaitu:
·         lebih murah dan sumber jagung yang melimpah,
·         lebih mudah dicampur karena berbentuk cairan,
·         lebih unggul karena memiliki masa simpan lebih lama.
Dengan diperkenalkannya enzim mikroba di industri makanan yaitu glukoamilase, diperoleh beragam manfaat produk, seperti menghasilkan produksi lebih banyak, tingkat kemurnian tinggi dan kristalisasi mudah.  Hal ini menyebabkan banyak prabik produksi glukosa berubah dari hidrolisis asam menjadi hidrolisis enzimatik. Sebagai contoh, dibandingkan dengan proses asam, proses enzimatik pencairan memotong biaya uap sebesar 30%, abu sebesar 50% dan by-produk sebesar 90%.
Dari 1973 dan seterusnya, dengan perkembangan glukosa isomerase amobil, produksi industri sirup tinggi fruktosa menjadi layak. Jenis sirup khusus yang tidak bisa diproduksi menggunakan hidrolisis kimia konvensional dapat dibuat seluruhnya dengan proses enzimatik.
Enzim adalah katalis ideal untuk industri pati. Prosesnya menggunakan peralatan sederhana, dan pengaturan suhu dan nilai pH dilakukan untuk menghasilkan reaksi yang dapat mempengaruhi pembentukan rasa dan warna. Selanjutnya, reaksi enzim yang mudah dikontrol dan dapat dihentikan bila tingkat konversi pati yang diinginkan tercapai.
Tergantung pada enzim yang digunakan dan dengan mengendalikan reaksi enzim, berbagai produk dapat diproduksi untuk memenuhi hampir semua kebutuhan industri makanan. Sirup dan pati yang dimodifikasi dengan komposisi yang berbeda dan dapat diperoleh sifat fisik yang diinginkan. Sirup digunakan untuk berbagai bahan makanan misalnya minuman ringan, gula, produk daging, produk panggang, es krim, saus, makanan bayi, dan buah kaleng.
Sirup glukosa dalam praktek komersial yang disebut glukosa, yang diperoleh dengan menghidrolisis tepung terutama dari gandum, jagung (jagung) dan kentang. Metode dan tingkat hidrolisis (konversi) mempengaruhi komposisi karbohidrat akhir, oleh karena itu mmemiliki banyak sifat fungsional. Derajat hidrolisis biasanya didefinisikan sebagai ekuivalen dekstrosa (DE), yaitu kekuatan mengurangi sebagai persentase dari dekstrosa murni, dihitung berdasarkan berat kering.
            Awalnya, konversi asam digunakan untuk menghasilkan sirup glukosa. Namun karena kekhususannya, saat ini lebih banyak digunakan enzim untuk hidrolisis. Dengan cara ini, sirup glukosa tailor-made dengan spektrum gula tertentu dapat diproduksi.
Enzim yang digunakan dalam pembuatan HFCS antara lain:
·         Alfa-amylase
·         Glukoamilase
·         Beta-amilase
·         Isoamilase dan pullulanase
Paper ini akan menjelaskan peranan enzim glukoamilase dan pullulanase dalam proses sakarifikasi pembuatan HFCS.
Pembuatan HFCS dapat dilakukan dengan tersedianya substrat pati jagung dan enzim isomerase yang mampu mengubah glukosa menjadi fruktosa. Secara garis besar dalam pembuatan HFCS terdiri dari tiga tahap, yaitu:
  • Pertama, proses perubahan pati menjadi oligosakarida (likuifikasi)
  • Kedua, perubahan oligosakarida menjadi glukosa (sakarifikasi)
  • Ketiga, proses perubahan glukosa menjadi fruktosa (isomerasi).

Berikut skema produksi HFCS:

















1.      Likuifikasi
Proses ini bertujuan untuk mengubah suspensi pekat granula pati menjadi larutan dekstrin yang larut pada viskositas rendah untuk memudahkan penanganan dalam alat-alat pemindah serta memudahkan pengubahan menjadi glukosa dengan enzim glukoamilase.
Slurry pati jagung (30-40%) dimasukkan ke dalam pompa, digelatinisasi dan diatur pHnya hingga 5,3-6,5 dan suhunya 105-1100C ditambahkan termamyl (bakteri thermophilic α-amylosa) 0,3-0,6 kg termamyl/ton pati serta cofactor Ca2+ (CaCl2) yang berfunsi untuk meningkatkan toleransi enzim amilase terhadap panas. Pada tahap tersebut seluruh pati telah diubah sehingga nilai dekstro-eqivalen (DE) sekitar 15-20, dan viskositasnya menurun (semakin cair).
            Produk dari proses liquifikasi adalah campuran dari beberapa oligosakarida yang mengandung sedikit mono,di-, dan trisakarida yang biasa digunakan dalam sweetening process.

2.      Saccharifikasi
Proses ini bertujuan untuk mengubah oligosakarida yang telah dihasilkan menjadi D-glukosa dengan menggunakan enzim glukoamilase. Semakin banyak enzim yang digunakan, semakin cepat hidrolisa oligosakarida berlangsung. Namun, apabila enzim yang digunakan berlebihan akan menyebabkan reaksi pembalikan yang menghasilkan maltose dan maltotriosa.
Pada proses ini, slurry pati hasil likuifikasi didinginkan hingga 600C untuk mencapai suhu optimal proses sakarifikasi. Juga ditambahkan asam hidroklorat sampai pH 4,0-4,5 yang merupakan pH optimum aktivitas enzim glukoamilase. Proses sakarifikasi berlangsung selama 48-72 jam. Produk akhir berupa glukosa dengan nilai DE mencapai 95-98.
Menggunakan enzim AMG pada tangki sakarifikasi selama 40-48 jam, pada suhu 60oC, dan diperoleh cairan gula dengan DE 36-42. Cairan gula ini selanjutnya dilakukan penyaringan melalui penyaring karbon aktif, untuk menghilangkan warna (pemucatan) kemudian cairan jernih dilakukan pemisahan mineral dalam kolom penukar ion (ion exchanger) secara sed berturut-turut : kation, anion, kation masing-masing selama 1-2 jam. Dari kolom ini dihasilkan sirup dengan konsentrasi gula 25 -30 % (DE 93-95). Untuk menghasilkan sirup dengan konsentrasi gula 78-82%, sirup ini dilakukan penguapan (evaporasi) dalam triple effect evaporator . Selanjutnya sirup glukosa ditampung dalam tangki penampungan. Sirup glukosa menjadi bahan baku untuk produk gula dan turunannya

3.      Refining sirup dekstrosa
Sebelum masuk tahap isomerasi, slurry pati hasil sakarifikasi dimurnikan dengan filtrasi, melewatkannya pada karbon aktif, ion-exchange dan pengentalan kembali dengan evaporator. Semua tahapan tersebut untuk memurnikan slurry pati dan menghilangkan serat-serat jagung dan residu protein atau mineral yang tidak dibutuhkan lagi.
Proses refining dimulai dengan proses filtrasi. Filtrasi dilakukan secara vakum. Sirup yang telah disaring dipompakan kedalam kolom karbon aktif dan ion-exchange dalam bentuk seri untuk lebih memurnikan sirup. Tahap berikutnya adalah pengentalan kembali dengan menggunakan evaporator.

4.      Isomerisasi
Proses ini bertujuan untuk mengubah D-glukosa yang dihasilkan dari proses sebelumnya menjadi D-fruktosa dengan enzim glucose isomerase. Banyaknya fruktosa yang dihasilkan akan menunjukkan tingkat kemanisan HFCS yang dihasilkan.
Dalam industri yang berskala besar, proses isomerasi dilakukan pada sembilan kolom reaktor (fixed bed, densiflow) dan beberapa ‘immobilized enzym’ kolom reaktor. Enzim dalam kolom secara cepat berubah secara isomerasi. Kadar sirup glukosa harus diatur selalu tetap yaitu antara 42,5-43% agar ‘flowrate’nya konstan.

5.      Refining HFS
Tahap terakhir adalah pemekatan dalam multiple effect evaporator, sehingga diperoleh sirup fruktosa dengan kadar bahan kering 71% dan gula campuran 92-95%. Sirup HFS yang diperoleh disaring lagi, dipanaskan pada suhu dibawah kolol HFS untuk meningkatkan kekentalan sirup sehingga mencapai kadar padatan 71%, disaring lagi baru ditampung ke dalam tangki-tangki penyimpanan.




ENZIM GLUKOAMILASE
Glukoamilase adalah salah satu enzim kelas  yang berperan dalam proses sakarifikasi pati (sejenis karbohidrat). Serupa dengan enzim beta-amilase, glukoamilase dapat memecah struktur pati yang merupakan polisakarida kompleks berukuran besar menjadi molekul yang berukuran kecil. Pada umumnya, enzim ini bekerja pada suhu 45-60 °C dengan kisaran pH 4,5-5,0.
Mekanismenya adalah glukoamilase akan memotong ikatan alfa-1,4 pada molekul pati. Enzim ini juga dapat memecah ikatan alfa-1,6, tetapi pada frekuensi yang lebih rendah. Hasil utama pemecahannya adalah glukosa, suatu bentuk sederhana dari molekul karbohidrat berjumlah atom C 6.[
Enzim AMG®E adalah enzim glukoamilase (exo-amilase), yang menghidrolisis ikatan alfa-1,4 serta ikatan alfa-1,6 di pati cair (amilosa dan amilopektin). Hasil hidrolisis diproses secara bertahap. Pati tersebut dipecah menjadi glukosa, yang telah memisahkan diri dari ujung non-reducing dari molekul substrat. Maltotriose dan maltosa terhidrolisis pada tingkat yang lebih rendah dari sakarida, dan ikatan-1,6 dipecah lebih lambat dari ikatan-1,4.  Akhirnya, diperoleh konversi dari pati menjadi glukosa. Oleh karena itulah, AMG disebut sebagai 'amilase saccharifying'. AMG E diproduksi oleh strain genetik dimodifikasi Aspergillus niger dan tersedia dalam cairan dari dengan aktivitas standar. Pengukuran aktivitas yang sering digunakan untuk amyloglucosidase adalah AGU (unit amyloglucosidase), yang merupakan jumlah enzim yang menghidrolisa satu micromole maltosa per menit pada 25°C dalam kondisi standar.
Berikut adalah gambar struktur enzim glukoamilase:









ENZIM PULLULANASE
            Pululunase adalah enzim pemecah ikatan α-1,6 pada gugus makromolekul karbohidrat, seperti pati. Ikatan α-1,6 berperan dalam pembentukan struktur percabangan pada karbohidrat. Bersama dengan enzim alfa-amilase, pululunase dapat menghasilkan pemotongan molekul karbohidrat yang sempurna. Enzim ini dapat diperoleh pada ekstrak beras dan kacang-kacangan. Beberapa jenis mikroorganisme mesofilik juga dapat menyintesis enzim ini, seperti Klebsiella, Escherichia coli, Streptococcus, Bacillus, dan Streptomyces.
Pullulanase (pullulanase-6-glucanohydrolase) adalah enzim yang menghidrolisa ikatan alfa-1,6 glikosidik, yang telah dihidrolisis sebagian dengan alfa-amylase, disediakan paling sedikit dua unit glukosa di rantai sisi. Saat amilopektin diberi perlakuan dengan pullulonase, dihasilkan fragmen amilosa linier. Menggunakan panas stabil dan asam stabil dalam kombinasi dengan enzim sakarifikasi membuat reaksi konversi pati lebih efisien. Dalam penelitian Norman mendeskripsikan bahwa pullulanase Proenzym tepat digunakan untuk memotong pati setelah likuifaksi.




Berikut adalah gambar struktur 3 dimensi enzim pullulanase:








PERANAN ENZIM DALAM SAKARIFIKASI
Maltodekstrin (DE 15-25) dihasilkan dari pati cair secara komersial untuk sifat reologinya. Maltodekstrin digunakan dalam industri pangan sebagai pengisi, stabilisator, pengental, pasta dan lem. Ketika saccharified dengan hidrolisis lebih lanjut menggunakan glukoamilase atau jamur alfa-amilase berbagai pemanis dapat diproduksi, setelah DE dalam rentang 40-45 (maltosa), 50-55 (maltosa tinggi), 55-70 (sirup konversi yang tinggi). Menerapkan serangkaian enzim termasuk beta-amilase, glukoamilase dan pullulanase sebagai enzim debranching, sirup konversi tingkat menengah yang memiliki isi maltosa hampir 80% dapat diproduksi.
            Glukosa berkadar tinggi 95-97% dapat diproduksi dari bahan baku pati kebanyakan (jagung, gandum, kentang, tapioka, gandum dan beras). Efek aksi amylases dan pemecahan enzim ditunjukkan pada Gambar 9.6 dan 9.7a dan b
.





















                                                                                                                  
KESIMPULAN
            Sebagai pati termodifikasi, HFCS menunjukkan lebih dari sekedar pemanis buatan. Banyak produk makanan dan kimia yang dihasilkan dari penggunaan pati sebagai bahan mentah untuk perubahan enzim. Hal tersebut telah diperlihatkan bahwa pada langkah penting pada perubahan pati, likuifikasi, sakarifikasi, dan isomerasi mungkin membawa kepada produk-produk yang bernilai jika pemrosesan dan enzimologi dilakukan dari tahap ke tahap.
 

Beautiful Days Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos