Rabu, 22 Mei 2013

PENGARUH SISTEM PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI KULIT BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP RENDEMEN DAN INTENSITAS WARNA EKSTRAK


Jesika Riyanselina
08/268860/TP/09184

ABSTRAK

Kulit biji kakao (11-13% berat biji kering) merupakan hasil samping dari industri coklat yang belum dimanfaatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan sistem pelarut HCl dan etanol yang terbaik dan lama ekstraksi untuk menghasilkan rendemen ekstrak kulit biji kakao terbanyak dan intensitas warna ekstrak yang paling besar, serta aktivitas antioksidan tertinggi untuk mengetahui potensi ekstrak kulit biji kakao sebagai antioksidan.
Dalam penelitian ini ekstraksi kulit biji kakao dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi, pelarut yang digunakan yaitu etanol dan HCl dengan sistem pelarut (0:100, 5:95, 10:90 dan 15:85) selama 30, 60, 90 dan 120 menit. Ekstrak dianalisis meliputi rendemen, total padatan terlarut, warna dan aktivitas penangkapan radikal DPPH.
Hasil ekstraksi dengan sistem pelarut yang digunakan untuk mengekstrak kulit biji kakao mempengaruhi rendemen. Semakin lama waktu ekstraksi, semakin besar rendemen yang diperoleh. Sistem pelarut 5:95 menghasilkan rendemen yang paling tinggi yaitu berkisar 14.42%-43.46%. Lama ekstraksi kulit biji kakao mempengaruhi intensitas warna yang dihasilkan. Semakin banyak volume HCl yang digunakan, total padatan terlarut semakin meningkat. Lama ekstraksi kulit biji kakao 60 menit menghasilkan warna yang tertinggi. Total padatan terlarut tertinggi dihasilkan pada lama ekstraksi 90 menit dan sistem pelarut 5:95 yaitu sebesar 18.32%. Ekstraksi kulit biji kakao menggunakan pelarut etanol dan HCl mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi dari pada BHT, dengan demikian ekstrak ini berpotensi sebagai sumber antioksidan.

 

Kata kunci : Kulit Biji Kakao, Ekstraksi, Warna, Aktivitas Antioksidan
 

Beautiful Days Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos